Selasa, 30 April 2013

UTS Strategic Planning: Analisis Big Cola sebagai Market Challenger



Devita Nur Asri Pratiwi
10/296474/SP/23842
Ilmu Komunikasi 
 
Abstraksi
Setiap harinya, masyarakat terus dijejali iklan dalam berbagai media. Perang iklan terjadi dimana-mana. Ini merupakan bentuk kompetisi, dimana dunia pemasaran layaknya hutan rimba. Siapa yang bisa beradaptasi, dialah yang bisa bertahan. Maka wajar, jika berbagai strategi, tips, dan trik terus dilakukan setiap produk. Market share, menjadi faktor penentu hidup atau matinya sebuah produk. Layaknya hidup, pesaing sudah pasti ada. Jika tidak berhati-hati, pesaing tersebut akan merebut bahkan menendang kita dari arena persaingan. Salah satunya adalah yang kini terjadi antara Coca Cola sebagai market leader dan Big Cola sebagai market challenger.
Persaingan tak dapat lagi dihindarkan oleh Coca Cola, yang selama ini selalu bertengger di peringkat pertama dalam Top Brand Index untuk kategori minuman bersoda. Kehadiran Big Cola yang langsung merebut tak kurang dari 9% market share, menjadi ancaman tersendiri bagi Coca Cola. Sementara Big Cola terus tumbuh, Coca Cola sejatinya harus semakin waspada bahwa ada bahaya yang mengancam.
Big Cola vs Coca Cola
Berbicara tentang minuman bersoda, yang langsung ada di benak konsumen sudah pasti Coca Cola. Sejak puluhan tahun yang lalu, Coca cola telah merajai dunia, termasuk Indonesia. Karena telah merajai pasar minuman bersoda hampir di seluruh dunia, kini Coca Cola sudah dikategorikan sebagai produk mature. Iklan Coca Cola juga sudah tidak terlalu gencar, meski billboard Coca Cola masih dapat dengan mudah ditemui. Sebagai media untuk menjaga brand awareness, Coca Cola kerap kali menjadi sponsor dalam event-event besar baik berskala lokal hingga nasional.
Merajai Top Brand Index dengan market share 32,9%, Coca Cola masih dibayang-bayangi oleh Fanta dan Sprite. Fanta, di tahun 2013 ini berhasil meraih market share sebanyak 31,5%, sedangkan Sprite dengan 19,3%. Untuk tetap unggul dari Fanta dan Sprite, Coca Cola jelas sudah memiliki strategi khusus, karena persaingan ketiga produk tersebut sudah berusia puluhan tahun.
Market challenger yang justru harus diwaspadai oleh Coca Cola adalah Big Cola. Big Cola adalah sebuah produk yang relatif baru di Indonesia, namun sudah mulai dikenal orang. Big Cola yang sedang berada pada tahap growth bahkan bisa jauh lebih unggul dari Pepsi, produk yang sudah lama dijual di Indonesia. Relatif baru dan sudah mendapatkan 9,2% market share di kategori minuman bersoda tahun 2013, bukan tidak mungkin Big Cola akan menyaingi bahkan menyingkirkan langganan tiga besar yakni Coca Cola, Fanta, dan Sprite.
Dari analisis diatas, saya menetapkan bahwa market challenger di kategori minuman bersoda tahun 2013 adalah Big Cola, sedangkan market leader adalah Coca Cola. Alasan saya menetapkan Coca Cola sebagai market leader adalah karena dari Top Brand Index, Coca Cola memimpin di kategorinya, dengan perolehan market share sebesar 32,9%. Sedangkan alasan saya menetapkan Big Cola sebagai market challenger adalah karena Big Cola merupakan produk yang baru masuk ke dalam persaingan di kategori minuman bersoda, namun sudah mencapai market share 9,2% dan bahkan berhasil mengalahkan Pepsi. Selain itu, nama dan rasa Big Cola juga hampir sama dengan Coca Cola meskipun harga jual Big Cola sedikit di bawah Coca Cola. Ini semakin menguatkan aroma persaingan terbuka dari Big Cola yang menantang Coca Cola sebagai market leader di kategori minuman bersoda Top Brand Index 2013.
Perbandingan Big Cola dengan Coca Cola
            Big Cola merupakan sebuah produk baru di Indonesia. Sebuah pencapaian luar biasa ketika sebuah produk baru sudah mendapatkan 9,2% market share. Apalagi, para pesaingnya merupakan produk-produk lama yang sudah menjadi top of mind di masyarakat. Berikut adalah analisis SWOT untuk Big Cola:

Big Cola
Coca Cola
Strengths
Rasa hampir sama dengan Coca Cola.
Harga lebih murah.
TVC disukai banyak orang
Sudah menguasai market share.
Menjadi top of mind di masyarakat.

Weaknesses
Bentuk kemasan mirip Coca Cola
Nama hampir sama dengan Coca Cola
Hanya memiliki satu variant rasa, yang kemungkinan mebuat orang jenuh.
Opportunities
Dengan rasa yang hampir sama dan harga yang lebih murah dari Coca Cola, ada kemungkinan orang lebih memilih Big Cola
Masih menjadi top of mind dan menguasai market share, sehingga hanya perlu menjaga brand awareness, bukan membangun.
Threats
Ketika iklan Big Cola disukai orang dan produk Big Cola mulai dikenal, Coca Cola juga menjadi sponsor di banyak event, juga mulai rajin beriklan di televisi. Ini jelas menjadi ancaman dan menyulitkan Big Cola.
Produk Big Cola mulai banyak dikenal dan disukai orang. Ini tentu membahayakan Coca Cola jika tidak waspada.

Begitu kuatnya posisi Coca Cola dalam puluhan tahun terakhir, tentu tak akan memudahkan produk pesaingnya untuk masuk ke dalam pasar kompetisi. Apalagi, pada dasarnya target consumer yang ditetapkan oleh keduanya hampir sama. Mengusung tagline “Think Big”, Big Cola menyasar anak muda yang aktif dan memiliki banyak aktivitas. Berikut adalah perbandingan target market antara Big Cola dan Coca Cola:
Coca Cola as Market Leader:
Primer
Sekunder
Laki-laki & Perempuan
Laki-laki & Perempuan
Usia 15-24 tahun
Usia 24-35 tahun
SES A, A-, B+, B
SES A, A-, B+, B
Mahasiswa/pelajar, hidup di perkotaan, suka beraktivitas diluar ruangan, dan aktif.
Pekerja, suka berktivitas diluar ruangan, mandiri, dan aktif.

Big Cola as Market Challenger:
Primer
Sekunder
Laki-laki & Perempuan
Laki-laki & Perempuan
Usia 10-18 tahun
Usia 18-28 tahun
SES B+, B, C+
SES B+, B, C+
Pelajar, menyukai olahraga, aktif, tinggal di kota sedang dan kecil.
Mahsiswa dan pekerja, aktif, banyak beraktivitas diluar ruangan, berdomisili di kota sedang dan kecil.

            Dengan harga yang cukup murah, tak sedikit yang berpikir bahwa Big Cola adalah Coca Cola untuk masyarakat ekonomi menengah. Padahal, Big Cola dan Coca Cola adalah dua produk berbeda yang saling berkompetisi.
Kelemahan Big Cola:
            Sebagai produk baru, Big Cola memang mampu membuat banyak pihak berdecak kagum. Setelah iklan TVC versi “Spiderman”nya yang lucu dan banyak disukai orang, Big Cola kembali mencatatkan prestasi yang membanggakan. Di Top Brand Index, Big Cola menduduki posisi keempat. Big Cola berhasil berada di bawah Coca Cola, Fanta, dan Sprite yang memang sudah lama berkecimpung dalam persaingan kategori minuman bersoda. Hebatnya lagi, Big Cola berhasil mengalahkan Pepsi, produk yang tak kalah tenarnya dari Coca Cola.
            Kini, Big Cola dengan taglineThink Big”nya menjadi Official England License, dengan menggaet keeper Manchester City, Joe Hart sebagai brand ambassador. Saat ini, meski banyak yang mengagumi strategi pemasaran yang dilakukan Big Cola, ada juga pihak yang berpikir bahwa dengan rasa yang hampir sama namun harga yang lebih murah dari Coca Cola, Big Cola seharusnya bisa mendapat market share lebih dari 9,2%. Bahkan seharusnya, Big Cola berada tepat di bawah Coca Cola, yang artinya harus bisa mengalahkan Fanta dan Sprite.
            Ada beberapa kelemahan yang harus segara diperbaiki agar posisi Big Cola bisa berada tepat di bawah Coca Cola. Mengapa hanya mentargetkan untuk berada di bawah Coca Cola? Karena dalam waktu dekat, hampir tidak mungkin menyingkirkan Coca Cola yang menjadi langganan juara di Top Brand Index. Apalagi, rasa dan kemasan Big Cola hampir sama dengan Coca Cola, sehingga banyak yang menilai bahwa Big Cola berada di bawah bayang-bayang Coca Cola.
            Kelemahan pertama Big Cola berada pada masalah positioning. Hal yang pertama dipikirikan orang ketika melihat Big Cola kemungkinan besar adalah mengatakan, “Apa nih Big Cola? Kirain Coca Cola”, atau “Ini sama nggak sih sama Coca Cola?”. Ada beberapa alasan dari respon pertama para konsumen. Pertama, rasa Big Cola memang hampir sama dengan Coca cola, hanya saja kandungan soda dalam Big Cola tidak sekuat Coca Cola. Kedua, jika dilihat sekilas bentuk dan kemasan Big Cola hampir sama dengan Coca Cola. Dari mulai bentuk botol dan dominasi warna merah hitamnya. Yang ketiga, nama Big Cola dan Coca Cola cenderung mirip, sehingga orang banyak yang berpikir bahwa produk ini sama.
            Kelemahan Big Cola selanjutnya adalah dari iklannya yang tidak gencar. Untuk produk dengan posisi growth, seharusnya Big Cola beriklan lebih sering lagi. Billboard Big Cola juga jarang terlihat. Selain itu, Big Cola juga hampir tidak pernah beriklan di media online. Salah satu terobosan besarnya adalah menjadi Official England License. Namun di Indonesia, itu tentu tidak membawa pengaruh yang besar. Ada baiknya Big Cola menjadi sponsor sepakbola nasional atau event-event yang identik dengan anak muda dan sejuta kreativitasnya. 

Solusi Melalui Komunikasi Pemasaran
            Untuk membuat market share Big Cola meningkat, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Yang pertama adalah re-branding. Yang harus dilakukan oleh Big Cola adalah mendesain ulang kemasan dan warnanya. Harus sebisa mungkin dibedakan dengan Coca Cola, agar Big Cola tidak terus menerus berada di bawah bayang-bayang Big Cola. Image ini harus segera dibentuk, untuk semakin membuka arena persaingan antara Big Cola dan Coca Cola.
            Setelah melakukan rebranding, sebagai produk dengan tahap growth, beriklanlah sebanyak mungkin. Jadilah sponsor di berbagai acara dengan rating tinggi, karena Big Cola masih perlu meningkatkan brand awareness di masyarakat. Selain itu, Big Cola juga perlu meningkatkan intensitas iklan luar ruang, mengingat target dari Big Cola adalah orang yang aktif beraktivitas. Media online juga dapat dijadikan sasaran, mengingat anak muda kini mulai banyak mengakses media online dibandingkan televisi. Penyebaran berita di media online juga cenderung lebih cepat. Dengan banyak beriklan, tentu orang akan semakin tertarik untuk mencoba. Pertahankan pula  harga yang berada di bawah Coca Cola, karena mamatok harga diatas Coca Cola justru akan menjadi bumerang yang akan menyingkirkan Big Cola dari panggung persaingan.
            Setelah rebranding dan aktif beriklan di berbagai media yang sesuai dengan target market, hal yang selanjutnya harus dilakukan oleh Big Cola adalah mengadakan event-event tingkat lokal dan nasional. Event tingkat lokal akan berguna bagi Big Cola untuk menjangkau target market secara lebih spesifik, sedangkan event nasional berguna untuk meningkatkan brand awareness dari masyarat Indonesia terhadap produk Big Cola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar